Rabu, 25 November 2015

Sanghyang Tikoro Antara Keindahan, Sejarah dan Mitos

Dari kalimat awalnya mengingatkan kita kepada cerita dari dunia wayang yang menyebut dewa-nya dengan Sanghyang. 
Sedangkan Tikoro artinya tenggorokan..kalau disatukan artinya : Tenggorokan Dewa.. 

Sanghyang Tikoro yang letaknya berdekatan dengan Danau Saguling. 
Lokasinya memang tersembunyi sehingga kerapkali luput dari perhatian wisatawan.Nama Sanghyang Tikoro sering dihubungkan dengan legenda Sangkuriang, khususnya berkaitan dengan Danau Bandung.


Dalam legenda diceritakan pula suatu saat jikalau lubang Sanghyang Tikoro tersumat oleh sebatang lidi saja, kawasan Bandung Raya akan kembali tergenang air seperti dalam legenda Sangkuriang.Sangkuriang identik dengan asal muasal terciptanya Gunung Tangkuban parahu, Danau Purba Bandung, Gunung Burangrang, Gunung Bukit Tunggul, dan Sang Hyang Tikoro. Cerita tentang pangeran sakti mandraguna ini, dibalut kisah cinta terlarang 
antara seorang anak yang tidak lain adalah Sangkuriang dengan ibu kandungnya, Dewi Dayang Sumbi.

Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan. Rujukan tertulis mengenai legenda ini ada pada naskah Bujangga Manik,yang ditulis pada daun palem yang berasal dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi. Dalam naskah tersebut,ditulis bahwa Pangeran Jaya Pakuan alias Pangeran Bujangga Manik atau Ameng Layaran mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Pulau Bali pada akhir abad ke-15. Setelah melakukan perjalanan panjang, Bujangga Manik tiba di tempat yang sekarang menjadi Kota Bandung. Dia menjadi saksi mata yang pertama kali menuliskan nama tempat ini beserta legendanya.

Berdasarkan cerita yang sudah semua orang sudah mengetahuinya, Sangkuriang tak mau menerima kalau orang yang dicintainya 
tak lain adalah ibu kandungnya sendiri. Untuk membatalkan rencana pernikahannya, Dayang Sumbi membuat berbagai persyaratan 
yang diperkirakan dapat membatalkan pernikahan terlarang tersebut.

Dia mengajukan dua syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut,Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat pertama, 
Dayang Sumbi ingin supaya Sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesaikan sebelum fajar menyingsing. Maka dibuatlah perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah timur, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung ukit Tanggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah barat dan mejadi Gunung Burangrang. 

Dengan bantuan para guriang,bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi, Dayang Sumbi bermohon kepada Sang Hyang Tunggal agar maksud Sangkuriang tidak terwujud.Dayang Sumbi menebarkan irisan boeh rarang (kain putih hasil tenunannya), ketika itu pula fajar pun merekah di ufuk timur.
Sangkuriang menjadi gusar dan di puncak kemarahannya bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya,sumbat aliran Sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang.
Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkubanparahu.


Tempat-tempat yang diyakini terbentuk dari "murkanya" Sangkuriang tersebut, masih banyak dikunjungi orang-orang yang sedang menimba "ilmu" tertentu. Seperti halnya Sanghyang Tikoro yang berada di Desa Rajamandala, Kec. Cipatat,Kab. Bandung Barat. Letak Sanghyang Tikoro berada di samping PLTA Saguling. Karena dianggap keramat,tak ada satu pun tangan jahil yang berani merusaknya. Sanghyang Tikoro berbentuk gua alam yang dialiri air dari Sungai Citarum.

Menurut keterangan, orang yang datang ke Sanghyang Tikoro bukan sekadar menikmati keajaiban alam, tapi juga memiliki tujuan lain. Pada malam-malam tertentu, seperti malam Selasa Kliwon dan malam Kamis Kliwon sering terlihat 
orang yang tengah bersemedi di atas atau pinggir Sanghyang Tikoro.

Hingga sekarang belum ada satu pun orang yang berani masuk ke dalam Sanghyang Tikoro sehingga tidak ada yang berani memastikan berapa panjang Gua Sanghyang Tikoro tersebut. Ada yang menyebutkan panjangnya mencapai 800 meter.Konon, air yang masuk ke dalam Sang-hyang Tikoro tidak seluruhnya mengalir kembali ke Sungai Citarum,tapi sebagian masuk ke dalam tanah. Karena itulah orang menyamakannya dengan tikoro. Jelas sekali terjadi 
perbedaan pendapat tentang asal muasal terbentuknya Sanghyang Tikoro, Gunung Tangkubanparahu,Gunung Burangrang versi cerita Sangkuriang dengan hasil penelitian ilmuan.

Versi ilmiah hasil penelitian ahli geologi, Sanghyang Tikoro, Gunung Tangkubanparahu, dan Gunung Burangrang terbentuk akibat meletusnya Gunung Sunda. Dahsyatnya letusan mengakibatkan seluruh permukaan badannya hancur tak bersisa.Setelah letusan, yang tersisa hanyalah lubang-lubang lekukan yang dalam dengan muntahan laharnya sangat panas. 
Karena banyaknya mengeluarkan lahar panas, menyebabkan sungai di daerah Batujajar, Cililin, dan Padalarang tertimbun dan berubah menjadi lahar dingin. Lama kelamaan menggunung dan membentuk sebuah telaga yang kemudian populer dengan sebutan Talaga Bandung. Luas Talaga Bandung, menurut data panjangnya mencapai sekitar 6 km dan lebarnya sekitar 15 km. 

Tanah di Padalarang dan Cililin umumnya mengandung kapur. Namun, sedikit demi sedikit akhirnya terkikis membentuk lubang aliran yang kelak dikenal Sanghyang Tikoro. Belasan atau bahkan puluhan tahun kemudian air yang ada di Talaga Bandung mengalir ke segala penjuru, hingga mengering. Setelah peristiwa maha dasyat tersebut,kemudian terbentuklah daratan rendah Pasundan atau Bandung.

Sebenarnya Sanghyang Tikoro adalah sebuah gua berbahan dasar batu gamping yang bagian bawahnya dilalui aliran air Sungai Citarum yang deras. Panjang gua bawah tanah itu 162 m dengan kedalaman sekitar 1,5 di musim kemarau.Tak jauh dari Sanghyang Tikoro, ke arah hilir aliran Sungai Citarum, terdapat lokasi yang sering digunakan olah raga arum jeram. Lokasi ini sangat cocok sebagai ajang lathan bagi pemula karena arus air dan jeramnya tidak 
terlalu berbahaya.

Ada sedikit catatan tambahan yang saya dapatkan dari alm. Nenek saya, bahwasanya di gua yang disebut sanghyang tikoro terdapat batu besar yang menyumbat aliran sungai dengan hanya akar-akar pohon saja yang menahannya.Jika kita telaah dengan logika kita, rasanya tidak mungkin batu besar plus aliran air sungai yang deras bisa ditahan hanya dengan akar-akaran. Suatu saat nanti dan entah kapan, bila saatnya tiba...batu tersebut tidak akan lagi menahan aliran air sungai citarum dan menenggelamkan kota bandung dan sekitarnya...

Lepas dari semua cerita dan legenda tersebut diatas, Sanghyang Tikoro adalah tempat yang bisa kita jadikan renungan dan dasar untuk mensyukuri dan menikmati apa yang telah Tuhan berikan kepada kita......

Sumber dan Penulis: http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016234968/sanghyang-tikoroantara-keindahansejarah-dan-mitos/

Senin, 02 November 2015

Ini Alasan Wisatawan Melancong ke Sanghyang Tikoro


KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO
PRODJO Aliran air di Sanghyang Heleut, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (22/10/2015). Sanghyang Heleut termasuk ke dalam wilayah obyek wisata Sanghyang Tikoro.


KOMPAS.COM/WAHYU ADITYO PRODJO
Para wisatawan sedang duduk di bebatuan yang menghampar di sekitar obyek wisata Sanghyang Heleut, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (22/10/2015). Obyek wisata Sanghyang Heleut termasuk ke dalam wilayah Sanghyang Tikoro.

BANDUNG, KOMPAS.com - Ramai diperbincangkan di media sosial seperti Instagram, blog, dan Line menjadi alasan para wisatawan datang ke obyek wisata Sanghyang Tikoro, Desa Rajamandala, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Ketika mengetahui informasi obyek wisata Sanghyang Tikoro, para wisatawan langsung mencoba mengunjungi untuk pertama kalinya.

"Saya tahu dari media sosial Instagram. Pertama kali datang ke sini (Sanghyang Tikoro)," kata salah satu wisatawan asal Cimahi, Fibda Pindra (25) kepada KompasTravel saat ditemui di dekat PLTA Saguling pekan lalu.

Datang bersama seorang teman dengan mengendarai motor, Fibda merasa penasaran untuk mengunjungi Sanghyang Tikoro setelah melihat di Instagram.

Ia juga mengaku mengetahui informasi tentang Sanghyang Tikoro di sebuah blog ketika sedang browsing di internet.

"Iya saya juga lihat di blog. Di blog ada foto-foto sungainya. Rencana tadinya mau ke sini dengan teman yang sudah tahu (Sanghyang Tikoro)," jelasnya.

Wisatawan lain yang datang dari Kota Bandung, Rizka May Chatayani (17) mengatakan alasan serupa dengan Fibda.

Rizka mengetahui obyek wisata Sanghyang Tikoro juga dari media sosial seperti Instagram dan Line.

"Tahu Sanghyang Tikoro mah dari media sosial misalnya Instagram sama Line. Lihat temen-temen posting foto-foto Sanghyang Tikoro. Ada juga Instagram, @explorebandung," ujar Rizka.

Ia melihat foto-foto yang diunggah oleh akun @explorebandung dan lalu mencoba mencari tahu lokasi obyek wisata Sanghyang Tikoro.

Foto-foto Sanghyang Tikoro membuat Rizka dan puluhan temannya datang untuk pertama kali ke sana.

Dari pantauan KompasTravel di Instagram, Minggu (1/11/2015) terdapat 416 foto yang diunggah menggunakan tagar #SanghyangTikoro.

Para instagramer -- sebutan pengguna Instagram -- mengunggah foto-foto berendam di aliran sungai, bebatuan, dan juga saat trekking di pinggir sungai ketika sedang berwisata di Sanghyang Tikoro.

"Terima kasih ya Allah telah menyuguhkan indahnya alam buatan-Mu ini," tulis pada keterangan foto yang diunggah oleh akun @venafebrina.

Sumber:  http://travel.kompas.com/read/2015/11/03/082600027/Ini.Alasan.Wisatawan.Melancong.ke.Sanghyang.Tikoro

Penulis : Wahyu Adityo Prodjo

Editor: I Made Asdhian

Kamis, 29 Oktober 2015

Wisata Gua Sanghyang Tikoro dan Sanghyang Poek

BANDUNG, infobdg.com – Wargi Bandung tau Film Sanctum? Kalau setting film itu di gua bawah laut dan sedikit mengerikan, di Bandung juga ada wisata gua didarat yang indah.  Sanghyang Tikoro dan Sanghyang Poek.

Sanghyang atau sangiang merupakan sebutan buat sungai dan gua yang dianggap suci untuk daerah setempat di sekitaran danau Saguling. Shangyang Tikoro berasal dari dua kata. Sanghyang artinya dewa. Tikoro dalam bahasa sunda adalah tenggorokan. Tenggorokan dewa yang dimaksud adalah Gua yang beraliran sungai bawah tanah. Gua Sanghyang Tikoro berbentuk goa karts setinggi sekitar 2,5 m dengan lebar sekitar 10 meter. Untuk sampai kesini, wargi bandung harus ke Bandung Bagian Barat. Lokasinya terletak diantara kecamatan rajamandala dan Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat. Sanghyang tikoro bersebelahan dengan PLTA Saguling sekitar 17km dari pusat bendungan dan ada diwilayah turbin terakhir.

sanghyang poek 4

Asal muasal Sanghyang Tikoro ada beberapa versi. Menurut ilmiah, sanghyang tikoro terbentuk akibat meletusnya Gunung Sunda. Letusannya yang besar membuat seluruh gunung hancur. Letusannya membuat lubang-lubang lekukan dan lahar panasnya menyebabkan sungai di daerah Batujajar, Cililin, dan Padalarang tertimbun dan berubah menjadi lahar dingin. Lahar dingin itu lama kelamaan menggunung dan membentuk sebuah telaga yang dulu disebut Talaga Bandung. Sedangkan tanah di Padalarang dan Cililin mengandung kapur. Sedikit demi sedikit terkikis dan membentuk lubang aliran yang disebut sanghyang tikoro.
sanghyang tikoro 3

Belum banyak wisatawan yang dateng kesini karna memang agak tersembunyi. Belum ada petunjuk khusus untuk bisa sampai ke tempat ini. Untuk patokan, setelha belok ke pintu gerbang waduk saguling dari jalan raya Bandung-Cianjur sekitar satu kilometer. Wargi Bandung bakal akan menemukan papan bertuliskan “Power House”. Wargi Bandung ikuti arah kanan dan akan menemukan bangunan besar pembangkit listrik yang Power House tadi. Sanghyang tikoro tepat berada disebelah Power House.


Welcome to Sanghyang Tikoro! Cuma disini Wargi Bandung bisa merasakan melihat langsung sungai bawah tanah Sanghyang Tikoro. Disini wargi bandung bisa menikmati aliran sungai. Aliran sungai disini akan bermuara ke “Gua Misteri”. Gak pernah ada yang tau pasti, aliran sungai yang masuk ke “Gua Misteri” ini arahnya kemana. Mitosnya, kalau Wargi Bandung memasukan barang apapun bahkan sebatang lidi kedalam aliran sungai, maka bakal terdengar rintihan. Tapi mungkin mitos ini mengandung makna supaya manusia jangan membuang apapun kesungai bahkan sebatang lidi pun. Mungkin itu pesan yang ingin disampaikan nenek moyang kita ya Wargi Bandung. Percaya atau engga dengan mitosnya. Wargi Bandung dateng sendiri kesini ya!
Satu lagi wisata gua yang wajib dikunjungi setelah Sanghyang Tikoro, Wargi Bandung wajib ke Sanghyang Poek. Dibelakang Sanghyang Tikoro ada gua artistik yang dinamai Sanghyang Poek. Untuk sampai ke Sanghyang poek dari sanghyang tikoro cuma sekitar lima belas menit dengan berjalan kaki. Gak akan ada arah penunjuk disini untuk bisa sampai ke Sanghyang Tikoro. Wargi Bandung Cuma harus menyusuri sungai dengan arah berlawanan dengan aliran sungai.

sanghyang poek 2

Wargi bandung pertama akan menemukan Pipa raksasa. Ditemani aliran sungai yang semakin lama semakin tenang dan akan banyak batu yang ditemukan. Airnya juga lebihi jernih disbanding sanghyang tikoro. Hal ini dikarenakan aliran sungai Sanghyang Tikoro telah bercampur air buangan dari Power House. Setelah sekitar 1km berjalan kaki menyisiri sungai, Wargi Bandung akan menemukan Gua. Gua ini memiliki ukuran landscape miring atau diagonal. Jadi Wargi Bandung harus bermiring ria kalau masuk ke gua ini. Setelah masuk ke mulut gua, akan ada 3 lorong, lorong yang berada di tengah lah nantinya menuju Sanghyang Poek. Bila Wargi Bandung masuk kedalam, Wargi Bandung bisa merasakan tetesan air langsung dari dinding gua dan basah oleh genangan air ditambah sensasi gelap didalam gua. Diujung gua yang gelap, Wargi Bandung akan melihatsumber cahaya dimana waktu wargi bandung keluar mulut gua akan ketemu ujunggua yang landscape.

sanghyang poek 4

Perjuangannya emang agak sulit untuk sampai kesini. Tapi buat kamu yang suka tantangan? Wajib rasakan nikmati memasuki lorong gua yang relative sempit, gelap dan rasakan sensasi keluar menuju sumber cahaya dan berakhir pada sungai yang jernih berdampingan dengan batu-batuan yang cukup banyak. Gemericik air yang jernih ditambah udara sejuk dan yang pasti masih terjaga sekali kealamiannya karna belum terjamah oleh banyak wisatawan. Udah tau kan weekend ini mau travelling kemana? Yuk coba wisata gua disini!

Dari berbagai sumber
Foto by :
novajourney.wordpress.com
info-wisatadibandung.blogspot.com

Sumber dan Repost: http://www.infobdg.com/v2/wisata-gua-sanghyang-tikoro-dan-sanghyang-poek/